Saturday, November 8, 2014

Salah Besar



***
                Gagal memang jadi ajang yang bagus untuk didaftarkan dalam list hidup ini. Gak terkecuali apa yang membuat frustasi sebagian besar orang, termasuk aku ini. Pusing dengan semua ini. Rasanya angan yang dulu aku ciptakan seperti burung yang bisa menjebol kerangka baja.  Itu semua sia-sia belaka sekarang.

                Percuma aku nulis jika gak ada tujuannya. Sama dengan hidup ini, gak tau jalan apa yang harus aku ambil lagi ketika semuanya menolak.


                Ketika jam dinding menunjukkan pukul 7 pagi, aku bangun. Cek handphone yang ternyata belum nyala. Segera aku beri nyawa itu ponsel dengan menekan tombol powernya. Setelah 5 menit, gak ada tanda-tanda sms masuk. Segera aku lempar lagi kekasur.

                Bangun dengan semangat dapat telepon dari big bos yang bakal merekrut ternyata Cuma ada dimimpi itu tadi pagi. Setelah terbangun aku juga merasakan ada hal yang ganjil. Ganjil karena uangku gak genap untuk beli pulsa. Rencananya aku mau telpon ke salah satu toko laptop yang katanya membuka lowongan kerja 4 hari yang lalu.

                Setelah nyawa terkumpul 100%, aku segera memasak nasi. Iya memasak nasi, masak gak percaya banget sih sama aku?... kalau kalian berani, mari kita tanding masak. Siapa yang paling enak masakannya. 

                Setelah rutinitas pagi aku selesaikan, segera aku beli pulsa kerumah mas Eli. Dengan uang yang tergolong pas-pasan ini aku membayarnya. Dengan semangat yang berapi-api, aku segera membakar sampah yang masih berserakan. Tak lupa nyuci baju dulu lah.

                Hari beranjak sore, waktu itu ada kenduren 3 bulanan saudaraku yang sedang hamil. Aku segera kerumah Kulon untuk menghadiri acara tersebut. Dengan jantung berdegup, aku segera mencari kontak nomor telpon yang aku sms beberapa hari kemarin.

                Tuuut…. Tuuut… tuuuut… tuuuttt…, panggilannya gak diangkat-angkat. Karena frustasi, akhirnya babe aku yang telpon ke nomor itu.

                “ Tuuttt. Tuuuttt. Assalamualaikum. Selamat malam pak, apa benar toko bapak membutuhkan karyawan?.” Tanya bapakku

                “ Benar pak, tapi maaf formasinya sudah terisi dengan orang lain.”

                “ Oh, yasudah jika begitu, selamat malam pak”. Segera beliau mengakhiri panggilannya

                Tanpa tanda tanya yang aku lontarkan ke bapakku, aku sudah tau akan hal ini. Keinginan untuk kerja bulan ini harus kandas lagi. Siapa yang tau arah jalan ini, jalan sesat. Jalan yang membuatku harus pintar memilah. Kemarin Interview kerja juga belum ada panggilan, sekarang ada lowongan sudah diserobot orang lain. Aku yakin kok, suatu saat aku tau apa harapan yang aku impikan. 

Ketika semua itu salah besar, salah yang terlalu aku besar-besarkan, terlalu munafik jika aku mencari pangkat dan martabat. Jangan berfikir negatife ya kawan tentang aku. Tentang cerita anak desa yang merajuk restu orang tua untuk mencari bekal bagi keluarga dan masa tua. . .   




No comments:

Post a Comment