***
Gagal memang
jadi ajang yang bagus untuk didaftarkan dalam list hidup ini. Gak terkecuali
apa yang membuat frustasi sebagian besar orang, termasuk aku ini. Pusing dengan
semua ini. Rasanya angan yang dulu aku ciptakan seperti burung yang bisa
menjebol kerangka baja. Itu semua
sia-sia belaka sekarang.
Percuma
aku nulis jika gak ada tujuannya. Sama dengan hidup ini, gak tau jalan apa yang
harus aku ambil lagi ketika semuanya menolak.
Ketika
jam dinding menunjukkan pukul 7 pagi, aku bangun. Cek handphone yang ternyata belum
nyala. Segera aku beri nyawa itu ponsel dengan menekan tombol powernya. Setelah
5 menit, gak ada tanda-tanda sms masuk. Segera aku lempar lagi kekasur.
Bangun
dengan semangat dapat telepon dari big bos yang bakal merekrut ternyata Cuma ada
dimimpi itu tadi pagi. Setelah terbangun aku juga merasakan ada hal yang
ganjil. Ganjil karena uangku gak genap untuk beli pulsa. Rencananya aku mau
telpon ke salah satu toko laptop yang katanya membuka lowongan kerja 4 hari
yang lalu.
Setelah
nyawa terkumpul 100%, aku segera memasak nasi. Iya memasak nasi, masak gak
percaya banget sih sama aku?... kalau kalian berani, mari kita tanding masak. Siapa
yang paling enak masakannya.
Setelah
rutinitas pagi aku selesaikan, segera aku beli pulsa kerumah mas Eli. Dengan uang
yang tergolong pas-pasan ini aku membayarnya. Dengan semangat yang berapi-api,
aku segera membakar sampah yang masih berserakan. Tak lupa nyuci baju dulu lah.
Hari
beranjak sore, waktu itu ada kenduren 3 bulanan saudaraku yang sedang hamil. Aku
segera kerumah Kulon untuk menghadiri
acara tersebut. Dengan jantung berdegup, aku segera mencari kontak nomor telpon
yang aku sms beberapa hari kemarin.
Tuuut….
Tuuut… tuuuut… tuuuttt…, panggilannya gak diangkat-angkat. Karena frustasi,
akhirnya babe aku yang telpon ke nomor itu.
“
Tuuttt. Tuuuttt. Assalamualaikum. Selamat malam pak, apa benar toko bapak
membutuhkan karyawan?.” Tanya bapakku
“
Benar pak, tapi maaf formasinya sudah terisi dengan orang lain.”
“ Oh, yasudah jika begitu, selamat malam pak”. Segera beliau mengakhiri
panggilannya
Tanpa
tanda tanya yang aku lontarkan ke bapakku, aku sudah tau akan hal ini. Keinginan
untuk kerja bulan ini harus kandas lagi. Siapa yang tau arah jalan ini, jalan
sesat. Jalan yang membuatku harus pintar memilah. Kemarin Interview kerja juga
belum ada panggilan, sekarang ada lowongan sudah diserobot orang lain. Aku yakin
kok, suatu saat aku tau apa harapan yang aku impikan.
Ketika semua itu
salah besar, salah yang terlalu aku besar-besarkan, terlalu munafik jika aku
mencari pangkat dan martabat. Jangan berfikir negatife ya kawan tentang aku. Tentang
cerita anak desa yang merajuk restu orang tua untuk mencari bekal bagi keluarga
dan masa tua. . .
No comments:
Post a Comment