Nama : Purwoko Ajie (Puralexdanu Patjingsung)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat,
Tanggal Lahir : Ciamis, 13 Oktober 1995
Golongan
Darah : -
Tinggi,
berat badan : 160 cm, 48 kg
Kesehatan : Sangat Baik
Kewarganegaraan : Indonesia
Status
Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat
Lengkap : Dsn. Wareng Lor, Ds. Wareng, Kec. Punung, Pacitan, Jawa Timur
FB : Puralexdanu Patjingsung
Pendidikan Terakhir : Teknik Komputer Jaringan di SMK N 1 Donorojo Pacitan
Email : purwokoajie@gmail.com
Telepon / HP : 085233958xxx
Telepon / HP : 085233958xxx
Perkenalkan namaku Purwoko Ajie (Puralexdanu Patjingsung), aku berasal dari
desa di daerah selatan pulau jawa tepatnya bagian barat di kabupaten Pacitan.
Nama desaku Dusun Wareng Lor, adalah dusun yang rata-rata warganya berprofesi sebagai petani, termasuk
ayahku. Sebagai anak pertama, saya punya tanggung jawab besar untuk menghidupi
keluarga selanjutnya karena ayah sudah tua. Adikku , M. Kuncoro Adi juga masih
duduk di bangku SMK Negri kelas 2 di daerahku.
Sebagai keluarga petani dan bekerja serabutan di
dusun membuat kami terbiasa hidup prihatin setiap harinya. Hasil panen yang
harus dibagi 2 dengan pemilik tanah membuat keluargaku hidup dengan pas –
pasan. Bahkan itu hanya cukup untuk makan. Terutama ibu yang menjadi pembantu
di sebuah rumah makan milik saudara, harus rela bangun pagi jam 3 dan pulang
pukul 6 sore, dan sorenya masih berjualan sayur untuk menambah biaya sekolah sehingga
membuat kondisi fisiknya kian menurun.
Teringat masa kecilku dengan adikku yang sudah
terbiasa ditempa untuk menjadi orang yang kuat. Pulang sekolah kami tidak
mempunyai waktu bermain seperi anak-anak pada umumnya karena membantu ayah dan
ibu . Semua pekerjaan wanita saya yang mengerjakan karena ibu tidak ada
dirumah, adikkulah yang paling berat tugasnya, karena membantu ayah bekerja
diladang. Walaupun itu sangat melelahkan, tapi entah kenapa ada sebuah rasa
puas. Entahlah, mungkin karena bisa meringankan beban orang tua walaupun hanya
sebagian kecil.
Orang tua kami sudah bilang kepada kami bahwa beliau
tidak sanggup untuk bisa menyekolahkan anak – anaknya selepas SMK. Padahal
keinginanku untuk kuliah tidak dapat dibendung, Yah saya bisa memakluminya dan itu
merupakan sebuah pukulan yang sangat dalam , tapi keadaan keluarga yang tidak memungkinkan
untuk membiayai saya kuliah, membuatku belajar untuk mencari uang sendiri.
Tapi sebenarnya tidak hanya saya dan adikku yang
bernasib seperti ini. Banyak anak - anak
di daerahku tidak melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi selepas mereka
lulus SD/SMP, tetapi langsung keluar cari kerja . Banyak jua diantara mereka
yang menganggur dan lontang lantung. Lulusan sarjana pun didesaku ada yang
menganggur lantaran sulitnya mencari lapangan kerja yang tepat.
Dulu waktu saya masih duduk disekolah dasar, saya
pernah jualan mainan untuk menambah uang saku. waktu itu uang saku saya dari
kelas 1 sampai kelas 6 hanya diberi Rp. 500,- padahal, anak-anak pada umumnya
diberi saku Rp.2000,-. Tapi itu tidak membuat saya kecil hati. Saya juga pernah
jualan Lotre (karena sedang boomingnya) yang saya bilang lumayan untuk uang
saku. Dan pernah juga cari barang bekas keliling desa, membantu tetangga
bersih-bersih rumah, tapi ini semua saya lakukan tanpa rasa canggung lantaran
untuk mengurangi beban orang tuaku.
Saat mulai duduk dibangku SMP kelas 2, Kakak saya menawari
untuk menjaga Warnet Holly Net miliknya yang baru dirintis, ini membuat saya
senang karena disinilah awal karir saya mulai. Seiring berjalannya waktu, saya
sudah duduk dibangku SMK, beban biaya dan tanggungan sekolah semakin besar,
dulu waktu SMP saya jaga warnet seminggu 2 kali, saat itu pula saya merubah
jadwal seminggu 6 kali dan akhirnya saya ± 1 tahun full kerja disana. Awal –
awal kerja memang canggung karena harus berinteraksi dengan orang yang belum
saya kenal, apalagi harus disambi jualan Pop Ice, Pulsa dan HP.
Kehidupan yang keras dan tak teratur membuat saya
tidak konsen dalam pembelajaran, ¾ waktu saya habiskan didepan komputer warnet.
Ini yang membaut kakak saya kuatir, hingga akhirnya, saya mengundurkan diri dan
kembali lagi membantu keluarga dirumah.
Disaat saya sudah mulai putus asa, saya belajar
otodidak mengenai komputer, karena dulu sebelum saya masuk SMK dan mengambil
Jurusan Teknik Komputer & Jaringan, saya menginginkan Jurusan Akutansi.
Saya selalu pulang magrib, jalan kaki dari sekolah yang jaraknya 2,5 Km dari
jalan besar. Tapi itu tak berlangsung lama, karena saya bisa membeli Sepeda
untuk menunjang transportasi ke sekolah.
Selepas menjaga warnet, saya menganggur dirumah.
untuk mengisi waktu, akhirnya saya ikut bimbel Matematika Di Makarya milik
guruku pak Dwi Haryanto. Selain belajar Matematika disana, saya ditunjuk
menjadi IT Staff disana karena beliau merasa saya memiliki bakat sebagai
orang yang bisa mengurus website dan internet. Sampai sekarang saya masih bekerja
disana.
6 Bulan berlalu, akhirnya saya berhenti dari pekerjaan ini untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan keinginan saya. ya, semua itu tidaklah mudah. sampai saya menulis tulisan ini, saya masih jadi pengacara (pengangguran banyak acara) yang sukses , hehehe :)
Salam Penulis
Kisahnya inspiratif banget... jadi terharu dan tersandung hehhehe ;)
ReplyDeletehehe, makasih gan. saya juga ikut menangis karena masalah itu. hua hua hua
Delete