Sunday, October 26, 2014

All About Me


Nama                           :    Purwoko Ajie (Puralexdanu Patjingsung)
Jenis Kelamin               :    Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir  :    Ciamis, 13 Oktober 1995
Golongan Darah           :    -
Tinggi, berat badan       :    160 cm, 48 kg
Kesehatan                    :    Sangat Baik
Kewarganegaraan        :    Indonesia
Status Perkawinan        :    Belum Menikah
Agama                         :    Islam
                                          Alamat Lengkap           :    Dsn. Wareng Lor, Ds. Wareng, Kec. Punung, Pacitan, Jawa Timur
                                          FB                                :    Puralexdanu Patjingsung
                                          Pendidikan Terakhir       :    Teknik Komputer Jaringan di SMK N 1 Donorojo Pacitan
                                          Email                             :    purwokoajie@gmail.com
Telepon / HP                 :    085233958xxx




Perkenalkan namaku Purwoko Ajie (Puralexdanu Patjingsung), aku berasal dari desa di daerah selatan pulau jawa tepatnya bagian barat di kabupaten Pacitan. Nama desaku Dusun Wareng Lor, adalah dusun yang rata-rata  warganya berprofesi sebagai petani, termasuk ayahku. Sebagai anak pertama, saya punya tanggung jawab besar untuk menghidupi keluarga selanjutnya karena ayah sudah tua. Adikku , M. Kuncoro Adi juga masih duduk di bangku SMK Negri kelas 2 di daerahku.

Sebagai keluarga petani dan bekerja serabutan di dusun membuat kami terbiasa hidup prihatin setiap harinya. Hasil panen yang harus dibagi 2 dengan pemilik tanah membuat keluargaku hidup dengan pas – pasan. Bahkan itu hanya cukup untuk makan. Terutama ibu yang menjadi pembantu di sebuah rumah makan milik saudara, harus rela bangun pagi jam 3 dan pulang pukul 6 sore, dan sorenya masih berjualan sayur untuk menambah biaya sekolah sehingga membuat kondisi fisiknya kian menurun.

Teringat masa kecilku dengan adikku yang sudah terbiasa ditempa untuk menjadi orang yang kuat. Pulang sekolah kami tidak mempunyai waktu bermain seperi anak-anak pada umumnya karena membantu ayah dan ibu . Semua pekerjaan wanita saya yang mengerjakan karena ibu tidak ada dirumah, adikkulah yang paling berat tugasnya, karena membantu ayah bekerja diladang. Walaupun itu sangat melelahkan, tapi entah kenapa ada sebuah rasa puas. Entahlah, mungkin karena bisa meringankan beban orang tua walaupun hanya sebagian kecil.

Orang tua kami sudah bilang kepada kami bahwa beliau tidak sanggup untuk bisa menyekolahkan anak – anaknya selepas SMK. Padahal keinginanku untuk kuliah tidak dapat dibendung, Yah saya bisa memakluminya dan itu merupakan sebuah pukulan yang sangat dalam , tapi  keadaan keluarga yang tidak memungkinkan untuk membiayai saya kuliah, membuatku belajar untuk mencari uang sendiri.

Tapi sebenarnya tidak hanya saya dan adikku yang bernasib seperti ini. Banyak anak -  anak di daerahku tidak melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi selepas mereka lulus SD/SMP, tetapi langsung keluar cari kerja . Banyak jua diantara mereka yang menganggur dan lontang lantung. Lulusan sarjana pun didesaku ada yang menganggur lantaran sulitnya mencari lapangan kerja yang tepat.

Dulu waktu saya masih duduk disekolah dasar, saya pernah jualan mainan untuk menambah uang saku. waktu itu uang saku saya dari kelas 1 sampai kelas 6 hanya diberi Rp. 500,- padahal, anak-anak pada umumnya diberi saku Rp.2000,-. Tapi itu tidak membuat saya kecil hati. Saya juga pernah jualan Lotre (karena sedang boomingnya) yang saya bilang lumayan untuk uang saku. Dan pernah juga cari barang bekas keliling desa, membantu tetangga bersih-bersih rumah, tapi ini semua saya lakukan tanpa rasa canggung lantaran untuk mengurangi beban orang tuaku.

Saat mulai duduk dibangku SMP kelas 2, Kakak saya menawari untuk menjaga Warnet Holly Net miliknya yang baru dirintis, ini membuat saya senang karena disinilah awal karir saya mulai. Seiring berjalannya waktu, saya sudah duduk dibangku SMK, beban biaya dan tanggungan sekolah semakin besar, dulu waktu SMP saya jaga warnet seminggu 2 kali, saat itu pula saya merubah jadwal seminggu 6 kali dan akhirnya saya ± 1 tahun full kerja disana. Awal – awal kerja memang canggung karena harus berinteraksi dengan orang yang belum saya kenal, apalagi harus disambi jualan Pop Ice, Pulsa dan HP.

Kehidupan yang keras dan tak teratur membuat saya tidak konsen dalam pembelajaran, ¾ waktu saya habiskan didepan komputer warnet. Ini yang membaut kakak saya kuatir, hingga akhirnya, saya mengundurkan diri dan kembali lagi membantu keluarga dirumah.

Disaat saya sudah mulai putus asa, saya belajar otodidak mengenai komputer, karena dulu sebelum saya masuk SMK dan mengambil Jurusan Teknik Komputer & Jaringan, saya menginginkan Jurusan Akutansi. Saya selalu pulang magrib, jalan kaki dari sekolah yang jaraknya 2,5 Km dari jalan besar. Tapi itu tak berlangsung lama, karena saya bisa membeli Sepeda untuk menunjang transportasi ke sekolah.

Selepas menjaga warnet, saya menganggur dirumah. untuk mengisi waktu, akhirnya saya ikut bimbel Matematika Di Makarya milik guruku pak Dwi Haryanto. Selain belajar Matematika disana, saya ditunjuk menjadi IT Staff disana karena beliau merasa saya memiliki bakat sebagai orang yang bisa mengurus website dan internet. Sampai sekarang saya masih bekerja disana.

6 Bulan berlalu, akhirnya saya berhenti dari pekerjaan ini untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan keinginan saya. ya, semua itu tidaklah mudah. sampai saya menulis tulisan ini, saya masih jadi pengacara (pengangguran banyak acara) yang sukses , hehehe :)





Salam Penulis

2 comments:

  1. Kisahnya inspiratif banget... jadi terharu dan tersandung hehhehe ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe, makasih gan. saya juga ikut menangis karena masalah itu. hua hua hua

      Delete