Friday, November 7, 2014

Garing Malam Ini



***
                Malam ini sebenarnya ingin sekali teriak sekencang-kencangnya, atau diam-sediam diamnya. Entah apa yang jadi beban malam ini seolah ada problem besar menghadang. Emosionalku tidak bisa dikontrol ibarat terkuncinya peluru kendali kearah sasarannya.

                Sebenarnya keresahan ini sudah aku rasakan sejak lama, sejak belanda belum menyerang (kelamaan kali ya). Tapi apapun itu, aku hanyalah impian yang masih mengambang dan belum bisa mengetahui dimana tempat untuk berpijak.


                Semua asal dan hal bermula dari hati, termasuk aku menulis semua ini. Ingin rasanya melalui hari-hariku dengan karya, tapi apa daya aku orang biasa dan tak punya. Setelah out of topic, ada hal yang ingin aku sampaikan kepada kerabat maupun sahabat. Bawasannya ada kucing lari membawa curiaanya. Maksudnya ialah seseorang lebih mementingkan apa yang menjadi keinginannya daripada kepentingan orang banyak, begitulah kira-kira.

                Lihat saja, lebih banyak pengangguran yang kurang lapangan pekerjaan daripada orang kaya yang punya ladang untuk di tambang. Sedikit dari mereka berfikir bagaimana caranya agar yang lontang-lantung cari kerja, yang kaya buka usahanya dengan apa yang dia miliki.

                Hari ini adalah rutinitasku pergi keluar dari rumah. ya walaupun banyak yang mengatakan aku ini kucing rumahan, bukan berarti aku hanya stay at home saja selama ini. bukankah sebutan itu lebih bagus daripada jadi kucing garong?. . . agenda hari ini sama saja seperti beberapa minggu terakhir, dimana banyak hal yang belum bisa aku selesaikan terutama finansial. Finansialku sekarang sedang diuji coba, aku juga gak tau kapan layak jalan. Dapat info lowongan kerja di Solo juga gak jelas arahnya kemana, ditanya kapan lowongannya ditutup, eh malah tidak ada jawaban. Selama ini yang menjadi beban pikiranku ialah kebahagiaan orang tuaku, mereka mulai merasa bahwa aku seperti anak kecil lagi. Plin Planlah, mudah mengeluh lah, salah ini itu. Namun aku tak bisa lari dari kritikan tersebut. 

Aku masih harus mencari filosofi dibalik semua ini yang akhirnya tidak ketemu. Sembunyi dimana aku juga tak mengerti. Kayaknya malam ini adalah malam tergaring yang aku alami. Dimana sungai mulai mengering, air cadangan habis, buat cebok aja susah. Tenggorokan yang biasanya lega disiram air es, kini harus puasa sementara biar jasmaniku merasakan apa yang rohaniku rasakan.

Tak jauh dari apa yang aku ungkapkan, ternyata sedikit dari banyak orang yang meremehkan aku. Ini terbukti dari sikap mereka yang melihat aku sebelah mata. Ya, mata memandang seolah aku ini seorang yang tak punya pegangan hidup. Merana memang. jelas dan pasti, suatu saat aku berhak akan kedua matanya.

Ceritaku ini garing rasanya, tapi aku yakin kalianlah yang akan menyiram dan bahkan menyejukan hidupku ini. Dekat setelah semua ini berakhir, aku tak mengerti apa yang akan terjadi

Larut dengan semua itu. Aku juga bersyukur, mungkin dari sinilah cerita itu bermula. Dari tumbuhan yang kering, kemudian ditimpa air embun yang sejuk yang kemudian tumbuh dan berkembang. . . 



No comments:

Post a Comment