Monday, November 17, 2014

Gledek Mengundang



***
                Wussshhhhhh…. Angin hari ini bertiup kenceng banget, gue yang lagi duduk didalem rumah takut gubuk gue bakal terbang gara-gara angin. Hari ini cuaca terlihat nggak bersahabat banget, gue cuma bisa duduk diem di dalam rumah. 

                Jam 11.30, gue biasanya masih nyalain komputer buat nemenin hari-hari gue yang membosankan. Gledek mulai menampilkan kilatan Flash andalannya, sebenarnya ini solusi lho sob buat kalian yang pengen ngirit batrei buat ngeluarin cahaya flash pas foto, apalagi hangphonge kalian yang terkesan hape cina semua *walau gue juga pake hape cina*. Caranya, loe tinggal keluar, siapin pose yang pas, matikan auto flash yang ada, terus silahkan selfie menghadang maut dengan pose yang bisa menjadikan loe khusnul khotimah.

                Buat loe-loe yang gak tau gledek, nih gue jelasin. Petir terjadi akibat perpindahan muatan negatif menuju ke muatan positif. Menurut batasan fisika, petir adalah lompatan bunga api raksasa antara dua massa dengan medan listrik berbeda. Prinsip dasarnya kira-kira sama dengan lompatan api pada busi. Kalau gak percaya, pas loe menstarter motor, coba loe pegang tali dan businya, pasti bakal ada efek-efek getar gimana gitu.

Petir adalah hasil pelepasan muatan listrik di awan. Energi dari pelepasan itu begitu besarnya sampai bisa menimbulkan rentetan cahaya, panas, dan bunyi yang sangat kuat yaitu geledekk, guntur, atau halilintar. Geledek, guntur, atau halilintar ini dapat menghancurkan bangunan, membunuh manusia yang kafir, dan memusnahkan pohon. Sedemikian raksasanya sampai-sampai ketika petir itu melesat, tubuh awan akan terang dibuatnya, sebagai akibat udara yang terbelah, sambarannya yang rata-rata memiliki kecepatan 150.000 km/detik itu juga akan menimbulkan bunyi yang menggelegar. Loe bisa bayangin, kalau punya kendaraan atau pesawat canggih dengan kecepatan segitu, loe bisa mengitari bumi ini 4x dalam sedetik.

Kringgg…. Kringgggg…. Kringgggggg… Hangphonge gue berbunyi, gue mulai bimbang. Kalau gue angkat, gue bakal ngundang maut, kalau gak gue angkat itu kan nomor kantor. Gue yang bimbang masih kepikiran sama tetangga gue yang beberapa waktu lalu radionya meledak gara-gara kesambar geledek. Guru fisika gue pas SMP juga pernah cerita kalau ngangkat telepon pas petir datang itu sama aja kaya bunuh diri. Katanya saudaranya pernah khoit gara-gara ngangkat telepon dari bebebnya.

Akhirnya gue yang mulai keder, mecoba ngumpulin power buat accept tu telepon. JLEGGERRRRRRR…. Gemeteran juga gue. Pelan-pelan gue njauh dari komputer gue yang lagi konek sama modem. GUBRAKK, cacingan… gue kesrimpet bangku, gak sengaja keangkat juga telepon tu … langsung gue loundspeaker aja sambil guling menjauh....

‘ selamat siang, bisa berbicara dengan Puralexdanu Patjingsung?’

‘ iya, saya sendiri. A a  aaa da apa ya?’ gue masih gugup

‘ kami dari Media Sarana Data ingin mengundang anda untuk datang interview, apakah anda bersedia?’

‘ oh bisa mas, kapan?’

‘ dimohon kehadirannya pada hari kamis pukul 1 siang ya?’

‘ baik mas, makasih atas pemberitahunya.’

‘ iya, sama-sa….’ Belum selesai ngomong, udah gue injek tu tombol power.

Setelah hangphonge gue tewas, bokap gue yang baru pulang dari dinas. Biasalah orang kerjannya TNI AD gituloh *TaNi Angkatan Doran*. Nyamperin gue…

‘ ko, gak kamu matiin tu komputer, nanti kesamber gledek baru tau rasa.’

‘ iya pa, sebentar lagi.’

Gue buru-buru matiin tu komputer, gue close programnya satu-satu. Malah ngehank. Gue cabut modemnya tanpa disconnect. Langsung gue cabut kabel powernya, moga aja gak rusak.

Hujan mulai turun, gubuk gue mulai berceceran mirip kapal Jack Sparrow yang pecah, air dimana-mana. tapi gue juga gak bisa bilang kalau ini sekedar gubuk biasa, tapi ini adalah tempat tinggal gue. Tempat dimana sejuta kenangan gue ukir disini, suka duka gue, canda tangis dan tawa. Terdengar lebay, tapi itu memang kenyataan yang gue rasain selama ini.





No comments:

Post a Comment