Monday, February 16, 2015

Pergi Untuk Kembali



***

                Beberapa hari yang lalu gue ngerasain sesuatu yang hilang dari perasaan. Perasaan gue lagi gak mood buat nulis panjang-panjang, gak mood kalo lagi diare, gak mood kalo lagi badmood.

                Oke, kemarin gue habis kehilangan hewan peliharaan kesayangan gue. Namanya Embek. Dia mungkin satu”nya hewan peliharaan yang paling jinak yang gue punya selain kecoak bunting, babi kampret, dan trenggiling salto. Gue nangis beberapa ember pas tau embek mati karena kejepit pintu.

                Gue waktu itu habis dari ngejemur kacang. Biasa bro, anak petani harus memanfaatkan hasil bumi. Tiba-tiba nenek gue teriak-teriak dari belakang.

                ‘ Ji, ITU KAMBINGNYA KEJEPIT KAYAKNYA.’
                ‘ Iya nek, bentar.’

                Tanpa ngeliat kanan kiri, gue langsung aja lompati pagar masuk kadang kambing. Tapi sayang, si embek nyawanya gak ketolong lagi. Gue elus” kepalanya yang halus. Dia mungkin hewan yang tak punya naluri, tapi kalo masalah hati, rasanya seperti terbawa mati. Gue pegang detak nadinya gak berdetak lagi. Dia mati dipelukan gue, dan satu kata yang gak pernah gue lupakan adalah.

                ‘ Embeeekkk…’ *nafasnya berhenti.*
                Sang induk merasa kehilangan. Satu-satunya keturunan yang dia timang” 3 minggu ini harus mati karena pintu. Dan gue tau dari roman mukanya yang menetesakan air mata. Sejak saat itu, dia merasa kesepian di kandangnya sendiri.

                Hidup juga demikian. Saat kita menyayangi seseorang, ada masanya bertemu, bersama dan berpisah. Bagi gue, hidup itu gak cuman sederhana, tapi hidup itu luar biasa. Dan kadang, seseorang harus pergi untuk kembali.


                 

No comments:

Post a Comment